Get this Widget

Friday 17 May 2013

Sejarah Sepakbola Papua


liga VBH
Sepak Bola merupakan olahraga baru bagi Bangsa Papua yang diperkenalkan oleh para Zendeling lewat sekolah peradaban. Sejak tahun 1917 dibuka Sekolah oleh zending di Kwawi, Joka, kabupaten Jayapura tahun 1946 dan ODO di Serui tahun 1948. Anak-anak pribumi terus dididik agar menjadi generasi yang berguna bagi kampung halamannya. Pada tahun 1925 DS Izaak Samuel Kijne yang dikenal sebagai Rasul Bangsa Papua mengajar dan mendidik anak-anak pribumi yang diseleksi dari dari kampung-kampung untuk di sekolahkan menjadi guru di Miei Teluk Wondama. Dalam pendidikan guru inilah embrio sepak bola modern lahir, dan salah satu putra Papua pertama yang tercatat sebagai penjaga gawang pertama adalah Guru Gustaf Adolf Lanta. 

Miei adalah tempat yang menjadi pusat sepak bola modern. Setelah tamat guru-guru kembali ke Kampung halaman dan mendapat tempat tugas diseluruh Tanah Papua, bola kaki adalah salah satu olah raga yang diperkenalkan mereka. Selama pemerintahan Belanda, liga sepak bola hanya dijalankan ditingkat lokal, khususnya di sekitar ibukota Hollandia/Jayapura.
Hollandia/Jayapura adalah rumah bagi dua asosiasi sepak bola yang mengatur kompetisi mereka sendiri, yaitu VHO (Voetbalbond Hollandia en Omstreken, didirikan pada tahun 1950), yang pada awalnya dibatasi hanya untuk orang Eropa dan keturunan mereka, dan VBH (Voetbal Obligasi Hollandia, didirikan pada tahun 1949), di mana penduduk setempat memiliki tempat , namun di tahun kemudian, Papua juga memperoleh akses bermain ke VHO. Sejak musim 1959, top-3 dari kedua federasi bergabung untuk membentuk suatu liga tingkat atas terpadu (EDH, Ere Divisie Hollandia) di musim 1962.
VOETBAL BOND HOLLANDIA (VBH)

Sejak tanggal 20 bulan Mei tahun 1956 di Hollandia-Nieuw Guinea (Kini Jayapura Papua) telah terbentuk club sepak bola dan liga yang terselenggara secara baik oleh pengurus, maka terjaringlah pemain-pemain bertalenta dari beberapa club sepak bola di Hollandia saat itu, antara lain : Karel Pahalerang (C) dari Club Ajapo I Sentani; Lamberth Rumbiak, dari Club DVG (Dienst van Gezondheidzorg (Dinas Kesehatan Hollandia); Theo Daat dari Club MVV/PMS (Missie Voetbal Vereniging) Perhimpunan Kesebelasan Misi Katolik; Zadrak Rumayom dari Club DVG (Dienst van Gezondheidzorg (Dinas Kesehatan Hollandia); Darius Sokoy dari Club Hobong Sentani; Zakeus Dwaa dari Club Pelikan (PMS & ST) Kotaraja; Christian Suamburaro dari Club DVG (Dienst van Gezondheidzorg (Dinas Kesehatan Hollandia); Dominggus Waweyai dari Club MVV/PMS (Missie Voetbal Vereniging) Perhimpunan Kesebelasan Misi Katolik; Benyamin Yocku, dari Club Pelikan (PMS & ST) Kotaraja; Jesaya Mandowen, dari Club Perhubungan Sentani: Ayub Awi dari Club LON (Latihan Olahraga Nafri); Jaconias Deda dari Club Ajapo I Sentani; Lewi Felle dari Club Yobe Sentani dan Stevanus Epaa dari Club Ajapo I Sentani. 

Setiap tahun manajemen VBH  menyelenggarakan kompetisi secara professional di Stadion Sepak Bola Emereuw AB Nibi atau Ratu Juliana di Hollandia-Binnen (Kini Lapangan Trikora Abepura) oleh pengurus dengan disiplin, teliti dan tegas. Manajemen VBH pada saat itu, antara lain : Mr. S.A Abbas, Mr.Stobbe, Mr.Markus W. Kasiepo, Lodwijk Ajamiseba, Prins, Jan P. Wali Kalembulu, Wellem Inuri, Uria Olua, Derek Mauri, A.Rumpaisum dan Silas Mofu. 



Kesebelasan Liga VBH

Liga VBH 1950-an dan awal 1960-an mencakup beberapa kesebelasan di Hollandia/Jayapura dan sekitarnya. 
Klub-klub tersebut adalah : KSM: Kami Suku Mebri (dari Sentani), Hollandia. LOS: Latihan Olahraga Sentani, Hollandia. LON: Latihan Olahraga Nafri, Hollandia. SPS: Serikat Pemuda Supiori (pemainnya adalah perantau dari pulau Supiori, Biak yang tinggal di Jayapura). DVG . Juliana: Kesebelasan OSIBA (Opleiding School voor Inheemse Bestuurs Ambtenaren: Sekolah Pamong Praja untuk Orang Pribumi) di Hollandia Binnen. (Juliana adalah nama Ratu Belanda yang memerintah pada zaman NNG dan sesudahnya. Gedung OSIBA kemudian dipakai menjadi gedung olahraga Universitas Negeri Cenderawasih, Jayapura.)

Sejak terbentuknya VBH, manajemen telah memprogramkan Tour Eropa. Pada tahun 1961 sampai 1962, Voetbal Bond Hollandia (VBH) dinyatakan masuk Group Sepak Bola Kawasan Pasifik. Pada tahun 1960, Voetbal Bond Hollandia (VBH) bertanding melawan Team Sepak Bola Papua New Guinea (PNG) yang datang ke Hollandia/Jayapura dalam rangka persiapan “Pasifik Games” di Suva Fiji. Dalam pertandingan tersebut dimenangkan oleh VBH dengan skor telak 6 – 1. Kekalahan ini kemudian membuat Team Sepak Bola PNG merasa tidak puas dan mengundang VBH untuk bertanding di Port Moresby dalam rangka mempringati 70 tahun Pemerintahan Australia di Papua New Guinea. Dalam pertandingan ke PNG pun kembali lagi Voetbal Bond Hollandia menang dengan skor telak 3 – 1. 

Club VBH pada saat itu disebut Club terkuat dan disegani dikawasan Pasifik, ucap Abbas yang berdarah Yahudi. Club VBH saat itu melakukan pertandingam ujicoba ke Suva-Fiji, kemudian ke Eropa dalam rangkaian mengikuti “Turnamen Piala Eropa tahun 1964”. "Bila sukses di Eropa maka VBH menargetkan mengikuti ajang Piala Dunia", demikian ucapan Abbas yang memotivasi para pemain saat itu dengan kaptennya Karel Pehelerang. 

Dalam persiapan menghadapi Pasifik Games tahun 1963 di Suva-Fiji, manajemen VBH mendatangkan Komisi Teknik Sepak Bola Ajax Amsterdam Belanda di Hollandia Nieuw Guinea untuk melihat langsung kemampuan pemain secara individu maupun team. Komisi Teknik Ajax Asterdam Belanda menilai bahwa Voetbal Bond Hollandia (VBH) memiliki kemampuan pemain yang sangat baik dan dari hasil pengamatan tersebut, beberapa club Sepak bola di Belanda tertarik untuk mengontrak beberapa pemain, yakni Karel Pehelerang dan Theo Daat ke Club Ajax Asterdam dan Dominggus Waweyai ke Club PSV Eindhoven di Negeri Belanda, namun karena situasi politik pada saat itu manajemen VBH (Mr.Abbas) mendapat kabar bahwa semua rencana gagal karena suhu politik Belanda dan Indonesia semaking panas dan menegangkan karena masalah “Tanah Nieuw Guinea” (West Papua) yang ditengahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa lewat United Nations Temporary Exsecutive Authority (UNTEA). 

"Berita ini sangat memilukan manajemen dan pengurus Voetbal Bond Hollandia (VBH) terutama hati para pemain", demikian ucapan captain Karel Pehelerang. Sekilas terenangan VBH masa lalu zaman Belanda sejak terbentuknya 20 Mei 1956. Mengenang Voetbal Bond Hollandia masa lampau berarti mengabdi kepada Persipura untuk masa depan. “Wie is dat en Waar si het”?

Dari uraian diatas kiranya dapat menjadi masukan kepada semua pihak yang mencintai PERSIPURA sebagai pemersatu dan perekat yang hakiki. Sebagaimana yang di katakan Bapak Ketua Umum Persipura Jayapura dapat dibenarkan dengan memakai nama dari Kota Baru berubah menjadi Soekarnopura dan terus mengalami perubahan nama pada bulan Oktober tahun 1965 menjadi Jayapura sehingga disingkat PERSIPURA (Persatuan Sepak Bola Indonesia Jayapura). Apa yang dikatakan oleh Ketua Umum dibenarkan oleh mantan kaptein Voetbal Bond Hollandia almarhum Karel Pehelerang. Begitupun yang dikemukakan oleh Bapak Gasper Sibi dan Bapak Pdt Mesak Koibur yang disebutkan dalam rapat tanggal 25 Mei 1965 di Mess GKI di Tanah Papua APO Jayapura. Kepada semua pihak diharapkan dapat duduk bersama dalam sebuah diskusi atau seminar untuk menyatukan persepsi.

Disarikan oleh
Hanggua Rudi Mebri
Ketua Dewan Pemuda Adat Port Numbay

Sunting : SB

No comments:

Post a Comment

Get this Widget