Boaz Solossa sudah menjadi kunci sukses permainan Persipura Jayapura sejak 2005. Striker 27 tahun itu mempersembahkan empat gelar Liga Indonesia untuk Persipura. Lalu, apa yang menjadi kunci sukses Boaz di Persipura?
Persipura memastikan gelar Liga Super Indonesia (ISL) ketiga sekaligus Liga Indonesia keempat musim lalu. Lagi-lagi, Boaz menjadi kunci sukses Persipura. Bahkan, striker yang akrab disapa Bochi itu menjadi Pemain Terbaik sekaligus Top Scorer ISL musim lalu.
Dengan catatan 25 gol, Boaz menyumbang hampir sepertiga dari seluruh gol yang disarangkan Persipura (85 gol) di ISL musim lalu. Itu merupakan gelar Pemain Terbaik dan Top Scorer ketiga di ISL yang pernah diraih Boaz, setelah 2009 dan 2011.
Apa perasaan Anda ketika bisa meraih gelar top scorer ISL untuk kali ketiga?
Saya tentunya senang. Tapi, yang paling penting adalah bisa membawa Persipura Jayapura menjuarai Liga Indonesia untuk kali keempat. Itu bukanlah hal yang mudah. Belum ada klub lain yang bisa menorehkan prestasi itu.
Musim depan, perebutan gelar top scorer pastinya akan lebih ketat. Bagaimana pendapat Anda?
Intinya bekerja semaksimal mungkin. Saya selalu menyerahkan semua hasil akhir kepada Tuhan. Manusia boleh berusaha, tapi saya selalu berpasrah kepada Tuhan. Pada dasarnya, untuk bisa meraih gelar top scorer, saya akan bekerja sekeras mungkin dan berpasrah diri kepada Tuhan.
Musim lalu Persipura mencetak rekor sebagai klub dengan gelar Liga Indonesia terbanyak (4 kali). Apa rahasianya?
Ada dua poin penting, agama dan kekompakan. Setiap pemain di Persipura diajarkan untuk selalu taat kepada agamanya. Dan juga harus menghormati masing-masing perbedaan. Lalu, saat ingin menjalani semua kegiatan selalu kami awali dengan doa.
Kami berusaha semaksimal mungkin, tapi setiap pemain yakin kalau hasil di setiap laga ditentukan oleh Tuhan. Menang dan seri kami bersyukur, kalah pun kami bersyukur.
Yang paling utama, kami selalu memiliki kekompakan kuat di antara para pemain. Kekompakan yang dimaksud bukan hanya di dalam lapangan, tapi juga luar lapangan. Para pemain menempatkan diri sebagai satu keluarga yang utuh, tidak ada jarak. Senior membimbing junior, lalu yang muda nantinya harus bisa menempatkan diri dalam situasi tertentu.
Kalau Anda berbicara Persipura didasari prinsip kekeluargaan, sebagai satu kesatuan pasti ada konflik yang pernah terjadi. Konflik apa yang paling Anda ingat?
Saya pernah bertengkar dengan coach Jacksen F Tiago selama 1 bulan. Saat itu, saya sampai tidak bertegur sapa dengannya. Tapi, akhirnya ada Bapak Mettu Dwaramuri (asisten pelatih) yang menengahi kami dan membuat saya sadar.
Dengan kebesaran hati, saya datang kepada dia lalu bicara secara baik-baik untuk menyelesaikan masalah yang ada. Pada akhirnya, konflik itu bisa teratasi. Dari situ, pelajaran yang bisa dipetik adalah setiap konflik pasti bisa diatasi. Dan kekeluargaan adalah sesuatu yang penting.
Menyambut musim depan banyak klub yang berbenah dengan mendatangkan pemain bintang. Persipura justru kehilangan banyak pemain bintang dan hanya belanja sedikit pemain. Bagaimana potensi juara di musim depan?
Setiap awal musim memang selalu seperti itu. Persipura tidak terlalu terekspos ke publik mengenai kekuatan timnya. Harus diakui juga, kami mengandalkan pemain-pemain muda lokal. Kombinasinya hanya beberapa pemain asing. Tapi, nyatanya fakta di lapangan berbicara lain.
Di setiap akhir musim kami mampu finis di papan atas, bahkan menjadi juara. Seperti yang saya bilang, kuncinya adalah doa dan kekompakan. Tim ini dibentuk atas dasar agama dan kekeluargaan. Itulah kekuatan utama dari Persipura.
Untuk kans juara musim depan, kami akan berusaha semaksimal mungkin meraih prestasi tertinggi. Tapi, hasil akhir harus pasrah terhadap keputusan Tuhan.
Persipura juga berlaga di Piala AFC musim depan. Bagaimana peluangnya?
Saya ingin bawa Persipura juara Piala AFC. Saya bertekad dengan sepenuh hati untuk bisa membawa Persipura meraih gelar bergengsi tersebut. Gelar juara Piala AFC adalah yang paling bergengsi bagi kami di musim depan. Gelar juara Liga Indonesia sudah kami sabet sebanyak empat kali. Pastinya, masyarakat Papua menginginkan prestasi lebih tinggi. Dan kami menargetkan bisa juara Piala AFC.
Saya siap menerima semua risiko yang ada jika gagal mempersembahkan gelar juara Piala AFC. Dicaci maki suporter saya terima. Bahkan, kalau mereka mendesak saya keluar dari Persipura dan menanggalkan ban kapten, saya terima. (one)(vivabola)
No comments:
Post a Comment