Get this Widget

Saturday, 12 October 2013

Aples Tecuari : Karang Papua Yang Rendah Hati

Aksi Aples bersama Timnas Indonesia, vertical jump nya disini terlihat lebih tinggi dari pemain lawan dan Bepe

Beruntung kami (yg dahulu masih kecil tentunya), menyaksikan permainan solid seorang Aples Gideon Tecuari. Aples sering berlatih bersama rekan-rekannya di Timnas dan Pelita Jaya di stadion Lebak Bulus - Jakarta. Beberapa rekannya hadir di Lebak Bulus dengan kendaraan pribadi, Aples datang dari Sawangan (mess Pelita Jaya) dengan angkot.

Aples berlatih seperti bermain, dan bermain seperti berlatih - Sang Karang Papua. Di suatu aksi nya di Sea Games 1997, Aples sedang mengawal pemain lawan, bola menyusur deras dengan posisi rendah (sebetis). Dalam posisi terjatuh, Aples jelas tidak bisa menggunakan kedua kaki nya, tapi tidak ada kata menyerah bagi Aples. Dia melompat lurus (horizontal), menghalau bola dengan kepala nya, beradu dengan kaki pemain lawan. Aples Gideon Tecuari hebat bukan karena skill olah bola nya, dia hanyalah sosok pesepakbola yang rela 'mati' di atas lapangan. Saya yang duduk di sudut tribun, hanya bisa terperangah. Saya belajar juggling ketika itu di SSB, tapi menyerahkan kepala tidak perlu dipelajari rasanya. Sundulan ala Aples kami mengklasifikasikannya sebagai naluri kebangsaan, itu tidak bisa dilatih di SSB manapun. Belum pernah kami lihat di SSB manapun teknik menyundul serendah betis ala Aples, bukan teknik, tapi keberanian.

Di Sea Games 1997, Aples tak lagi starter, posisinya di-back up oleh palang pintu tangguh lainnya Nur' Alim dan Sugiantoro. Aples kala itu mulai terkena penyakit 'langka' yang kita kenal dengan rabun ayam, pengelihatannya mengabur jelang malam hari. Dengan keterbatasan pengelihatan, Aples Gideon Tecuari tetap mampu bermain di final Sea Games tahun 1997, untuk mematikan Kiatisuk Senamuang. Aples tidak cepat, tapi dia seperti keras seperti karang, kami pernah melihat betis nya yg berurat.

Aples setelah latihan beli gorengan di pelataran Lebak Bulus, untuk disantap nya di dalam angkot, kami beruntung pernah se-angkot dengan nya. Di dalam angkot, Aples tidak duduk di kursi depan, dia memilih duduk di belakang, meski tentu saja ruangan jadi penuh sesak oleh nya.

Aples Gideon Tecuari berasal dari Papua, salah satu gudang talenta sepakbola Indonesia asal Papua. Setelah pensiun, Aples mengabdikan diri dengan menjadi pelatih Papua Barat di ajang PON. Aples lebih tertarik menjadi 'akar' dibanding menjadi 'pucuk ranting', hal yang sering terlewatkan dalam kerangka sepakbola. Dengan label nya sebagai pemain Timnas dan jaringannya yg luas, tentu mudah bagi Aples andai ingin menangani tim-tim besar Indonesia. Tapi dia lebih tertarik mendirikan SSB di Manokwari, tempat kelahirannya. Kalo tidak salah, sekarang Aples menjadi PNS di Manokwari.

Striker Timnas U-23, Ferdinand Sinaga, semasa di sekolah dulu dipanggil teman-temannya 'Aples', entah kenapa. Ada satu fakta lagi, setiap habis latihan di Lebak Bulus, Aples selalu minum Teh Botol. Kami ingin sekali lagi bertemu Aples, berbincang dan tentu saja foto bareng. Itulah Aples dengan segala keberaniannya dan sisi humanis 'ke-Teh Botol-annya'. Teh Botol yang dimnium Aples itu dibawa ke dalam stadion, entah dibawa darimana, beli di warung depan mungkin.

No comments:

Post a Comment

Get this Widget