La Nyalla |
Keberadaan mafia dalam sepakbola Tanah Air mungkin seperti kentut. Baunya tercium keras, tetapi susah mencari dari mana sumbernya.
La Nyalla Mattalitti Wakil Ketua Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) mengaku keberadaan mafia yang mengatur hasil pertandingan sepak bola di Indonesia memang sulit dibuktikan.
“Susah kalau ingin dimintai bukti. Kalau ada deal tertentu untuk memenangkan satu klub dalam sebuah pertandingan hampir pasti tidak ada bukti yang terdokumentasi. Tetapi PSSI kan tidak buta. Dari jalannya pertandingan saja sudah bisa terasa kalau laga itu sudah diatur,” ungkapnya, Sabtu (11/5/2013) padasuarasurabaya.net.
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Badan Tim Nasional (BTN) ini juga mengaku, wasit menjadi operator yang kerap digunakan oleh mafia sepak bola untuk mengatur pertandingan. La Nyalla tidak ragu menyebut sebagian wasit-wasit di Indonesia bisa dibeli.
“Ini sepertinya sudah menjadi watak wasit Indonesia. Kalau watuk (sakit batuk–Red) masih bisa disembuhkan, tapi kalau watak itu susah. Sejak dulu sampai sekarang mereka bisa dibeli oleh para mafia. Meski honor sudah tinggi juga tetap saja. Karena ini sudah watak,” tegasnya.
Menurut La Nyalla, PSSI sudah mencoba membuat sistem untuk membentengi wasit-wasit dari godaan para mafia sepak bola.
Misalnya dengan membuat sistem acak. Penunjukan wasit kata dia dilakukan pada hari H pertandingan. Bukan sudah ditetapkan jauh-jauh hari.
“Kalau dulu kan, pertandingan dua bulan lagi sudah ditunjuk wasit yang akan memimpin. Sekarang nggak lagi. Sehari sebelum pertandingan kita kopyok (acak) dulu lewat komputer. Nama wasit yang keluar itulah yang akan memimpin suatu pertandingan. Patokannya hanya satu, wasit tidak boleh berasal dari daerah yang sama dengan klub yang bertanding. Misalnya, yang main klub dari Jawa Timur, ya wasitnya dari Jawa Barat,” terang La Nyalla.
Tetapi cara itupun menurutnya masih bisa diakali oleh mafia. “Entah dari pihak tuan rumah atau tamu, maupun dari pihak luar. Siapa sajalah, pokoknya yang punya duit, sudah langsung tembak di hari itu juga. Begitu mereka tahu siapa wasitnya yang memimpin, langsung dia kontak wasitnya. Nah disitulah biasanya kesepakatan terjadi,” katanya.
La Nyalla mencontohkan kasus pemukulan wasit oleh pemain Persiwa Wamena saat melawan tuan rumah Pelita Bandung Raya, Minggu (21/4/2013).
Menurut La Nyalla yang juga Ketua Kadin Jawa Timur ini, terlepas dari pemukulan tersebut, wasit Muhaimin yang memimpin pertandingan terus diperiksa Komisi Wasit PSSI untuk memastikan apakah keputusannya merugikan Persiwa sebagai tim tamu.
“Selain itu kita merencanakan memakai wasit-wasit asing. Mungkin tidak sekarang saat masih penyisihan ini. Tapi kalau sudah masuk delapan besar atau bahkan saat final, memang harus wasit asing. Kalau masih pakai wasit lokal, bahaya. Kita ini sudah mencapai krisis kepercayaan, “pungkas La Nyalla. (suara surabaya)
No comments:
Post a Comment